BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pendidikan
adalah suatu sistem yang berhadapan langsung dengan kebutuhan masyarakat dan
tidak jarang menghadapi kendala yang bersumber dari dalam maupun dari luar.
Kendala yang bersumber dari dalam meliputi kurikulum, efektifitas guru, siswa,
metode pengajaran, sarana dan prasana.
Sementara kendala yang bersumber dari luar meliputi lingkungan sekolah,
masyarakat dan keluarga. Kendala-kendala tersebut merupakan suatu konsep yang
sangat mempengaruhi tingkat pemahaman, kecerdasan dan peningkatan hasil belajar
siswa. Selain mempengaruhi tingkat pengetahuan siswa, kendala yang bersumber
dari luar diri siswa misalnya efektifitas dan sikap guru juga mempengaruhi
nilai-nilai kognitif dan psikomotorik siswa (Syah, 2010 : 59).
Efektifitas
guru merupakan suatu faktor yang sangat penting dalam proses pengembangan
kreatifitas peserta didik. Efektifitas guru dalam proses pembelajaran termasuk
di dalamnya sikap guru baik pada saat proses pembelajaran berlangsung maupun di
luar proses pembelajaran. Guru merupakan sosok yang begitu dihormati lantaran
memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran di sekolah.
Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta didik untuk mewujudkan
tujuan hidupnya secara optimal.
1
|
Dimyati
dan Mudjiono (2009 : 170) menambahkan bahwa seorang guru yang profesional dan
memiliki integritas tentunya harus memandang peningkatan nilai afektif,
kognitif dan psikomotik sebagai suatu tujuan utama dalam proses pembelajaran di
sekolah. Guru hendaknya memiliki tanggungjawab penuh untuk menyalurkan
nilai-nilai yang berbau spiritual dan intelektual kepada peserta didik agar
nantinya menjadi manusia yang penuh dengan kewibawaan, kesantunan dan
keramahan. Ironisnya kekawatiran di dunia pendidikan kini menyeruak ketika
menyaksikan tawuran antar pelajar yang bergejolak dimana-mana.
Dunia
pendidikan yang harusnya penuh dengan kasih sayang, tempat untuk belajar
tentang moral, budi pekerti justru sekarang ini dekat dengan tindak kekarasan
dan asusila. Dunia yang seharusnya mencerminkan sikap-sikap intelektual, budi
pekerti dan menjunjung tinggi nilai moral, justru telah dicoreng oleh
segelintir oknum pendidik (guru) yang tidak bertanggung jawab.
Realita
ini mengandung pesan bahwa dunia guru harus segera melakukan evaluasi ke dalam.
Seperti sudah waktunya dunia pendidikan untuk melakukan pelurusan kembali atas
pemahaman dalam memposisikan profesi guru (Boeree, 2010 :56). Kesalahan guru
dalam memahami profesinya akan mengakibatkan bergesernya fungsi guru secara
perlahan-lahan. Pergeseran ini telah menyebabkan dua pihak sama-sama membawa
kepentingan dan saling membutuhkan, yakni guru dan siswa, menjadi tidak lagi
saling membutuhkan. Akibatnya suasana proses pembelajaran menjadi tidak
menyenangkan, membosankan dan jauh dari suasana yang membahagiakan.
Dari
sinilah konflik demi konflik muncul sehingga pihak-pihak didalamnya mudah
frustasi lantas mudah melampiaskan kegundahan dengan cara-cara yang tidak
benar. Namun pada hakekatnya ketika orang tua mendaftarkan anaknya ke sekolah,
pada saat itu juga ia menaruh harapan terhadap guru, agar anaknya dapat
berkembang secara optimal (Sardiman, 2009:125). Minat, bakat, kemampuan dan
potensi peserta didik tidak akan berkembang secara optimal tanpa bantuan guru.
Dalam kaitan ini guru perlu memperhatikan peserta didik secara individual.
Tugas guru tidak hanya mengajar, namun juga mendidik, mengasuh, membimbing dan
membentuk kepribadian siswa guna menyiapkan dan mengembangkan Sumber Daya Manusia
(SDM) termasuk di dalamnya kesantunan dalam berbicara baik ketika siswa
berbicara di dalam kelas maupun di luar kelas.
Kesantunan
berbicara merupakan salah satu aspek kebahasaan yang dapat
meningkatkan
kecerdasan emosional penuturnya karena di dalam komunikasi, penutur dan petutur
tidak hanya dituntut menyampaikan kebenaran, tetapi harus tetap berkomitmen
untuk menjaga keharmonisan hubungan (Rahardi, 2006 : 65). Keharmonisan hubungan
penutur dan petutur tetap terjaga apabila masing- masing peserta tutur
senantiasa tidak saling mempermalukan.
Kesantunan
siswa dalam berbicara merupakan salah satu bagian dari tujuan pembelajaran
bahasa Indonesia, dimana siswa dapat berbicara dengan santun jika guru mata
pelajaran mampu memberikan contoh yang terbaik bagi pada saat proses
pembelajaran. Kurang
meningkatnya kesantunan siswa dalam berbahasa indonesia disebabkan oleh sikap
guru yang tidak memperlihatkan nilai-nilai yang patut untuk dicontoh oleh
siswa.
SMP Negeeri 2 Gantarangkeke Kecamatan Gantarangkeke Kabupaten Bantaeng merupakan lembaga
pendidikan formal yang bertujuan menciptakan siswa yang cerdas, pandai dan santun
dalam berbicara sebagai salah satu tujuan dari proses pembelajaran bahasa
Indonesia. Kesantunan siswa dalam berbicara tentunya harus didukung oleh sikap
guru yang mencerminkanng seor guru yang memiliki kode etik dan integritas dan
profesionalisme sebagai pengajar, pendidik dan pembimbing.
Berdasarkan
pada pemaparan latar belakang di atas, dengan sadar peneliti mencoba melakukan
suatu penelitian dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia yang menyangkut
tentang kesantunan berbicara siswa dengan judul “Pengaruh Sikap Guru Terhadap
Kesantunan dalam Berbicara Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Gantarangkeke Kecamatan
Gantarangkeke Kabupaten Bantaeng”
B.
Rumusan
Masalah
Bedasarkan
pada latar belakang di atas untuk lebih mengarahkan penelitian, maka rumusan
masalah yang akan diteliti adalah bagaimana pengaruh sikap guru terhadap
kesantunan berbicara siswa kelas VII SMP Negeri 2 Gantarangkeke Kecamatan Gantarangkeke
Kabupaten Bantaeng?
C. Tujuan Penelitian
Adapun
tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
sikap guru terhadap kesantunan berbicara siswa kelas VII
SMP Negeri 2 Gantarangkeke Kecamatan Gantarangkeke Kabupaten Bantaeng.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat
yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Sebagai
referensi bagi pelaku pendidikan tentang cara meningkatkan pemahaman siswa
tentang kesantunan berbicara dalam bahasa indonesia.
2. Sebagai
bahan informasi yang dapat menambah wawasan peneliti dan pelaku pendidikan
tentang pengaruh sikap guru terhadap kesantunan siswa dalam berbicara.
3. Sebagai
bahan referensi bagi penelitian selanjutnya
Bersambung...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar